BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses
belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena
merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu
sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah
kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi
paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak
seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini
terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan
kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga
perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada
kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama
setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Menyadari
kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi
yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi
pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif.
Mengingat belajar adalah proses bagi
siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar
mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu
secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus
melibatkan siswa secara aktif, misalnya mengamati, bertanya dan mempertanyakan,
menjelaskan, dan sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya
partisipasi peserta didik. Terdapat berbagai cara untuk membuat proses
pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi,
keterampilan, dan sikap akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri
siswa. Para siswa hendaknya lebih dikondisikan berada dalam suatu bentuk
pencarian daripada sebuah bentuk reaktif. Yakni, mereka mencari jawaban
terhadap pertanyaan baik yang dibuat oleh guru maupun yang ditentukan oleh
mereka sendiri. Semua ini dapat terjadi ketika siswa diatur sedemikian rupa
sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat mendorong mereka
untuk berpikir, bekerja, dan merasa. Strategi pembelajaran berikut ini adalah
di antara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan siswa.
Guru diharapkan mengembangkan atau mencari strategi lain yang dipandang lebih
tepat. Sebab, pada dasarnya tidak ada strategi yang paling ideal. Masing-masing
strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. hal ini sangat bergantung
pada tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi (guru), ketersediaan
fasilitas, dan kondisi siswa.
Betapa pentingnya model/strategi pembelajaran aktif dalam
suatu pembelajaran. Model/strategi pembelajaran aktif itu diadakan guna membuat
suasana belajar lebih hidup, atau bisa disebut pembelajaran yang menekankan
pada siswa agar aktif. Strategi pembelajaran ada dua macam, yaitu Strategi
Pembelajaran Aktif dan Strategi Pembelajaran Pasif. Namun kami disini akan
menyebutkan beberapa Strategi Pembelajaran Aktif. Karena sekarang bukan
jamannya Strategi pembelajaran Pasif, atau bisa di sebut guru sebagai segalanya
dikelas. Namun sekarang ini yang terpenting itu Strategi Pembelajaran Aktif,
dimana semua siswa diwajibkan untuk aktif dalam kegiatan belajar, sedang guru
hanya sebagai fasilitator. Dengan pembelajaran aktif diyakinkan bahwa siswa
dapat mendapatkan suatu materi dengan maksimal. Dengan strategi pembelajaran
aktif ini diharapkan siswa tidak bosan dalam kegiatan belajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian strategi pembelajaran ?
2. Apa
pengertian Reading Aloud ?
3. Apa
pengertian Everyone is a Teacher Here?
4. Apa
pengertian Writing in The Here and Now
5. Apa
pengertian Planted Questions ?
C. Tujuan
Pada makalah ini kami menyajikan materi mengenai Aliran
Maturidiyah. Yang mana pembahasannya meliputi :
1. Mengetahui pengertian strategi
pembelajaran
2. Mengetahui
pengertian Reading Aloud
3. Menegtahui
pengertian Everyone is a Teacher Here
4. Mengetahui
pengertian Writing in The Here and Now
5. Mengetahui
pengertian Planted Questions
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi
Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)
1. Pengertian
Menurut Ensiklopedia pendidikan sebagaimana di kutip oleh W
Gulo, strategi ialah : The Art Of Bringing To The Battle Field In Favourable
Position. Dalam pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni
membawa pasukan ke dalam posisi yang paling menguntungkan. Secara istilah
strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah
dan mengambil keputusan melalui proses berfikir unik di dalam menganalisa,
memecahkan masalah dan di dalam mengambil keputusan.[1]
Pembelajaran
aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan
semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang
mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning)
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.
Beberapa
penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan
berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa siswa dalam ruang
kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang
tersedia. Sementara penelitian McKeachie menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit
pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20%
pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi
tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan
sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan
kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan
indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di
kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan
Konfucius:
Apa yang
saya dengar, saya lupa
Apa yang
saya lihat, saya ingat
Apa yang
saya lakukan, saya paham
Ketiga
pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di
atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran.
Mel
Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa
yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang
saya dengar, saya lupa
Apa yang
saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang
saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang
saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang
saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada
beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang
cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik
adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat
kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru
berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu
mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan
guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak
manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa
yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia
selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga
memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat
tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang
dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan
visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari
ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran
kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan
lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal
ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling
menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang
dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran
seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman
anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian
mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia
bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa
membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang
lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta
mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian
proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang.
Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan
belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang
diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif)
pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Proses
pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak
didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan
kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan
mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam
proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat.
Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus
dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan
memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu
mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara
stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal
yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu
memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung
akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu
mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm
memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh
dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active
learning (belajar
aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal
yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan
memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik
dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat
dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang
diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam
metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran
yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
2. Strategi Reading Aloud (membaca keras)
Strategi
Reading Aloud terdiri dari dua kata yaitu "reading" dan
"aloud". Reading adalah membaca atau melihat catatan dan aloud adalah
suara keras atau suka membaca dengan keras.
Reading
Aloud merupakan bentuk strategi membaca suatu teks dengan keras yang dapat
membantu memfokuskan perhatian secara mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
dan merancang diskusi. Strategi ini mempunyai efek pada memusatkan perhatian
dan membuat suatu kelompok yang kohesif.
Reading
aloud adalah
kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat
menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita. Guru
membacakan cerita dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap
siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini
akan sangat bermakna terutama jika diterapkan dikelas rendah.
Di sisi lain, dengan pembelajaran reading
aloud, guru dapat memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya.
Pada kelas yang pembelajarannya menerapkan whole language, reading
aloud dapat dilakukan setiap hari saat memulai pembelajaran. Guru hanya
menggunakan beberapa menit saja (10 menit) untuk membacakan cerita. Kegiatan ini juga dapat membantu
guru untuk memotivasi siswa memasuki suasana belajar.
Menurut
Hisam Zaini Reading Aloud (membaca dengan keras). adalah sebuah strategi ini
dapat membantu peserta didik dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan, dan
menggugah diskusi .
Jadi
strategi Reading Aloud adalah teknik pembelajaran yang mengarahkan pada
pemahaman materi dengan menggunakan kekuatan membaca dengan keras.
Membaca
suatu teks dengan keras dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara
mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi
tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok
yang kohesif.
Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:
a.
Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca
dengan keras, misalnya tentang manasik haji. Guru hendaknya membatasi dengan
suatu pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
b.
Guru menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat.
Guru memperjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok yang dapat
diangkat.
c.
Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau
beberapa cara lainnya. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk membaca
keras bagian-bagian yang berbeda.
d.
Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di
beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan
beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat
diskusi-diskusi singkat jika para peserta didik menunjukkan minat dalam bagian
tertentu. Kemudian guru melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks
tersebut.
Strategi
ini dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan dan
menggugah diskusi. Langkah-langkah pembelajaran:
a. Pilih satu teks yang cukup menarik
untuk di baca dengan keras. Usahakan teks tersebut tidak perlu panjang.
b. kopian teks pada siswa jika tidak ada buku
teks. Berilah tanda pada poin-poin atau issu-issu yang menarik untuk
didiskusikan.
c. Bagi teks dalam paragraf atau yang
lain.
d. Minta beberapa siswa untuk membaca
bagian-bagian teks yang berbeda beda.
e. Ketika bacaan sedang berlangsung, berhentilah
pada beberapa tempat untuk menentukan arti penting poin-poin tertentu, untuk
bertanya, atau member contoh. Berikan waktu yang cukup untuk berdiskusi jika
mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin tersebut.
f. Akhir proses dengan bertanya pada
siswa apa yang ada dalam teks.
3. Strategi
Everyone is A Teacher Here (setiap orang adalah guru)
Metode
everyone is a teacher here adalah salah satu metode dalam model
pembelajaran aktif (active learning). Metode pembelajaran Everyone is a
teacher here adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dengan
maksud meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber
terhadap semua temannya di kelas belajar Metode ini merupakan sebuah metode yang
mudah, guna memperoleh partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab
secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik
untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.
Strategi Everyone Is A Teacher
Here yaitu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses
pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan yaitu
meliputi aspek: kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan menganal masalah,
kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan
pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.
Dalam Strategi Everyone Is A Teacher Here terdapat
tujuh prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam hal strategi
pengajaran, yaitu:
a.
Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak didiknya
b.
Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan sebelum
pelaksanaan pendidikan
c.
Mengetahui tahap kematangan (maturity), perkembangan, serta
perubahan anak didik
d.
Mengetahui perbedaan-perbedaan individu anak didik
e.
Memperhatikan pemahaman dan mengetahui hubungan-hubungan,
dan kebebasan berfikir
f.
Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang
menggembirakan bagi anak didik
g.
Menegakkan contoh yang baik (uswatun hasanah),
sehingga tujuan penerapan strategi ini adalah membiasakan peserta didik untuk
belajar aktif secara individu dan membudayakan sifat berani bertanya, tidak
minder dan tidak takut salah.
Dengan
metode ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta
dalam pembelajaran secara aktif. Penerapan metode everyone is teacher here pada
pelajaran Sosiologi diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan antusiasme dalam
diri siswa. Pembelajran everyone is a teacher here (semua orang adalah
guru) ini membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan
dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi, untuk
mengembangkan Interaksi pembelajaran siswa dilakukan dengan siswa menulis
pertanyaan di kartu index dan mempersiapkan jawabannya, dan berkomunikasi
karena dengan berkomunikasi pembelajaran dititikberatkan pada hubungan antar
individu dan sumber belajar yang lain dan berorientasi pada kemampuan individu
untuk berhubungan dengan sumber belajar tersebut. Tehnik pembelajaran ini
memotivasi semua siswa untuk aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajar temannya dan mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama,
serta dapat membuat pertanyaan dan mengemukakan pendapat, sehingga diharapkan
pengetahuan yang di dapatkan oleh siswa menjadi bermanfaat dalam kehidupan
siswa.
Strategi
ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan
secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepadasetiap siswa untuk
berperan sebagai guru bagi kawan-kawanya. Dengan strategi ini siswa yang tidak
mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Prosedur
dari strategi ini adalah:
a. Guru membagikan kartu indeks kepada
setiap siswa. Guru meminta para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka
miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau
topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas. Misalnya ketika materi
pelajaran tentang zakat, maka mereka membuat pertanyaan yang berkaitan dengan
zakat.
b. Guru mengumpulkan kartu, mengocok
dan membagikan satu pada setiap siswa. Guru meminta siswa membaca diam-diam
pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c. Guru memanggil sukarelawan yang akan
membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respon.
d. Setelah diberi respon, guru meminta
pada yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang oleh
sukarelawan tersebut.
e. Guru melanjutkan proses itu selama
masih ada sukarelawan.
Kelebihan
dan Kelemahan dari Metode Everyone is teacher here
- Kelebihan Metode Everyone is teacher here
Silberman menjelaskan bahwa
kelebihan-kelebihan strategi Semua Orang bisa menjadi Guru, yaitu:
- Mendukung pengajaran sesama siswa di kelas.
- Menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas.
Rahayu
menjelaskan bahwa kelebihan-kelebihan strategi Semua Orang bisa menjadi Guru,
yaitu:
- Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa.
- Strategi ini dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada berbagai mata pelajaran.
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat.
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis masalah.
- Meningkatkan kemampuan siswa menuliskan pendapat-pendapatnya.
- Meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat simpulan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kelebihan-kelebihan strategi Everyone is a Teacher Here
adalah sebagai berikut:
a. Mendukung dan meningkatkan proses pembelajaran.
b. Melatih siswa untuk bertanggung jawab.
c. Strategi ini dapat digunakan pada semua mata
pelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan
pendapat, menganalisis masalah, dan keterampilan membuat simpulan.
- Kelemahan Metode Everyone is teacher here
Widiyanti menjelaskan
bahwa kelemahan-kelemahan strategi Everyone is a Teacher Here, yaitu:
a. Memerlukan penjelasan materi di awal oleh guru agar
soal yang dibuat siswa tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran.
b. Membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan semua
pertayaan untuk kelas besar.
- Manfaat penerapan metode everyone is teacher here
Sekarningrum menjelaskan bahwa
manfaat dari penerapan strategi Everyone is a Teacher Here, yaitu:
a. Meningkatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan
individual.
b. Mengaktifkan peserta didik.
Rahayu menjelaskan bahwa manfaat penerapan
strategi Semua Orang bisa menjadi Guru, yaitu:
a. Menggali informasi seluas-luasnya baik administrasi
maupun akademis.
b. Mengecek atau menganalisis pemahaman siswa tentang
pokok bahasan tertentu.
c. Membangkitkan respon siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa manfaat penerapan strategi Everyone is a Teacher Here adalah
sebagai berikut:
a)
Meningkatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual.
b)
Mengaktifkan peserta didik.
c)
Menggali informasi seluas-luasnya baik administrasi maupun akademis.
d)
Mengecek atau menganalisis pemahaman siswa tentang pokok bahasan tertentu.
e)
Membangkitkan respon siswa.
4. Strategi Writing in the here and now (menulis pengalaman secara langsung)
Adalah sebuah strategi pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik dalam merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami
secara langsung. Menurut Melvin L. Silberman, strategi menulis pengalaman
secara langsung atau di sini dan saat ini (writing in the here and now)
adalah sebuah cara dramatis untuk meningkatkan perenungan secara mandiri dengan
meminta siswa menuliskan laporan tindakan kala ini (present tense)
tentang sebuah pengalaman yang mereka miliki (seakan itu terjadi di sini dan
sekarang). Aktivitas ini memungkinkan siswa untuk memikirkan pengalaman yang
mereka miliki.[2]
Strategi
menulis pengalaman secara langsung (writing in the here and now) dapat
membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka
alami. [3]
Al-Syaibany mengemukakan pentingnya membuat proses
pembelajaran itu suatu proses yang menyenangkan, menggembirakan, dan
menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik karena itu akan menarik
minat dan keinginannya dan menolongnya mencapai tujuan-tujuannya dan
selanjutnya menambah semangatnya.[4]
Menurut
Silberman sebuah cara untuk meningkatkan perenungan secara mandiri adalah
dengan meminta siswa melaporkan tindakan kala ini (present tense)
tentang sebuah pengalaman yang mereka miliki (seakan itu terjadi di sini dan
sekarang).[5]
Silberman
dan Nizar Ali menggambarkan bahwa prosedur dari strategi ini adalah:
a. Guru memilih jenis pengalaman yang
diinginkan untuk ditulis oleh siswa. Bisa berupa peristiwa masa lampau atau
yang akan datang. Di antara contoh yang dapat diangkat adalah memandikan
jenazah, melakukan ibadah haji, atau sahur pada bulan Ramadhan.
b. Guru menginformasikan kepada peserta
didik tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif.
Guru memberitahu mereka bahwa cara yang berharga untuk merefleksikan pengalaman
adalah mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat
sekarang. Dengan demikian tindakan itu menjadikan pengaruh lebih jelas.
c. Guru memerintahkan peserta didik
untuk menulis, saat sekarang, tentang pengalaman yang telah dipilih.
Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang
mereka dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta didik untuk
menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi dan perasaan-perasaan yang dihasilkannya.
d. Guru memberikan waktu yang cukup
untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak merasa terburu-buru. Ketika
mereka selesai, guru mengajak mereka untuk membacakan tentang refleksinya.
e. Guru mendiskusikan hasil pengalaman
siswa tersebut bersama-sama.
Kelebihan
dan Kekurangan
a. Kelebihan
1) Melatih dan mempertajam daya
imajinasi siswa.
2) Meningkatkan kreativitas siswa.
3) Meningkatkan semangat dan kemampuan
siswa dalam menulis.
4) Meningkatkan pemahaman siswa
terhadap pesan inti materi pelajaran.
5) Menghubungkan materi pelajaran
dengan realitas kehidupan. Hal ini terkait dengan strategi pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang menyatakan bahwa
belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
sekadar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
b. Kekurangan
1)
Kesulitan bagi sebagian siswa yang merasa tidak mempunyai
pengalaman yang terkait dengan materi pelajaran, juga bagi siswa yang memiliki
kecerdasan linguistik rendah.
2)
Penggunaan waktu dalam kegiatan pembelajaran kurang efisien.
Sebab, terkadang siswa banyak mengulur dan menunda pekerjaannya. Apalagi jika
siswa belum terbiasa menulis dan menuangkan gagasan. Tentu saja hal ini
membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
3)
Pendalaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
berkurang. Sebab, fokus yang ingin dibidik oleh strategi strategi writing in
the here and now adalah pengalaman siswa dalam mengamalkan materi
pelajaran, bukan materi pelajaran itu sendiri.
5.
Strategi
Planted Questions (pertanyaan rekayasa)
Metode
ini memungkinkan anda untuk memberikan informasi sebagai jawaban atas
pertanyaan yang pernah diberikan kepada peserta didk yang dipilih. Meskipun
anda, sebenarnya, memberikan pelajaran yang telah disiapkan dengan baik, hal
ini mengesankan pada peserta didik lain bahwa anda hanya mengerjakan satu sesi
tanya jawab.[6]
Strategi
ini membantu anda untuk mempresentasikan informasi dalam bentuk respon terhadap
pertanyaan yang telah ditanamkan/diberikan sebelumnya kepada peserta didik
tertentu. Sekalipun anda memberikan pelajaran seperti biasanya, tetapi efeknya
adalah peserta didik melihat anda melaksanakan sesi tanya jawab. Lebih dari
itu, strategi ini dapat membantu peserta didik yang tidak pernah bertanya atau
bahkan tidak pernah berbicara pada jam-jam pelajaran untuk meningkatan
kepercayaan diri dengan diminta menjadi penanya.[7]
Langkah-langkah
penerapan Plantet Questions:
a. Pilihlah pertanyaan yang akan
mengarahkan pada materi pelajaran yang akan disajikan. Tulislah tiga sampai
enam pertanyaan dan urutkan pertanyaan tersebut secara logis.
b. Tulislah setiap pertanyaan pada
sepotong kertas (10 X 15 cm), dan tuliskan isyarat yang akan digunakan untuk
memberi tanda kapan pertanyan-pertanyaan tersebut diajukan tanda yang bisa
digunakan di antaranya:
1) Menggaruk atau mengusap hidung,
2) Membuka kaca mata,
3) Menyembunyikan jari-jari dan
lain-lain.
c. Sebelum perlajaran dimulai, pilihlah
siswa yang akan mengajukan pertanyaan tersebut, berikan kertas yang telah
dibuat dan jelaskan petunjuknya. Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut
tidak diketahui oleh siswa lain.
d. Bukalah sesi tanya jawab dengan menyebutkan
topik yang akan dibahas dan berilah isyarat pertama. Kemudian jawablah
pertanyaan pertama, dan kemudian teruskanlah dengan tanda-tanda dan
pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
e. Sekarang bukalah forum untuk
pertanyaan baru (bukan yang sebelumnya disusun).[8]
Kelebihan
metode pembelajaran Planted Questions:
a. Melatih konsentrasi siswa terhadap
kode atau isyarat yang diberikan oleh guru dalamm proses pembelajaran.
b. Membuat siswa yang pasif/kurang
aktif menjadi terlihat aktif dengan pertanyaan rekayasa yang diberikan
kepadanya. Adanya minat belajar bagi siswa yang kurang aktif tersebut.
c. Ratakan antara siswa aktif dan yang
kurang aktif dengan dorongan pertanyaan rekayasa tersebut.
d. Membangkitkan rasa percaya diri murid dalam
tanya jawab.
e. umpan yang baik kepada siswa untuk aktif dalam
tanya jawab pada pembelajaran selanjutnya.
Kekurangan
metode pembelajaran Planted Questions:
a. Apabila siswa tidak respek terhadap
kode atau lupa, maka proses pembelajarannya akan menjadi berantakan. Bisa juga
terjadi kesalah-pahaman antar sesama siswa terhadap kode yang diberikan oleh
guru.
b. Apabila memang benar-benar ada siswa
yang ingin bertanya (diluar dari pertanyaan rekayasa) maka akan menimbulkan
penundaan ataupun pengabaian (sementara) terhadap siswa tersebut.
c. Pembelajaran akan terasa menjenuhkan
bagi siswa yang tidak aktif (tidak juga diberi pertanyaan rekayasa).
BAB
III
SIMPULAN
Al-Syaibany mengemukakan pentingnya
membuat proses pembelajaran itu suatu proses yang menyenangkan, menggembirakan,
dan menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik karena itu akan menarik
minat dan keinginannya dan menolongnya mencapai tujuan-tujuannya dan
selanjutnya menambah semangatnya.
Mengajar merupakan usaha yang sangat
kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimana mengajar yang baik
itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang baik dapat menjadi petunjuk
tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasikan dan mengaplikasikan
segala pengetahuan keguruannya. Itulah sebabnya, dalam melaksanakan interaksi
belajar mengajar perlu adanya beberapa ketrampilan mengajar.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual
anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan
anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang
pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari
pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata
antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan
dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan
terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari
dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh
anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif
(active learning strategy).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta, 2005
Hasan Langgulung, Bulan Bintang : Jakarta, 1979.
Hisyam zaini, Strategi
Pembelajaran Aktif, CTSD : Yogyakarta.
Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia , Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI :
Jakarta, 2005.
Melvin L. Silberman, Active
Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusamedia : Bandung, 2009.
Nizar Ali, “Strategi
Pembelajaran” dalam Workshop Kurikulum Wakil Kepala Madrasah Aliyah se-Jawa
Tengah (Kerjasama antara Pusat Kajian Dinamika Agama, Budaya, dan Masyarakat
Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi Jawa Tengah, 2003.
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan
dan Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan , Rake Sarasin : Yogyakarta,
1993.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Guruan
Islam, terj.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah
Guruan Islam, terj. Hasan Langgulung : Bulan Bintang : Jakarta, 1979.
Sardiman A. M, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 195.
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan , Kencana : Jakarta, 2007.
[1]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
[2]Melvin L. Silberman, Active Learning, hlm. 198.
[3]Nizar Ali, “Strategi Pembelajaran” dalam Workshop
Kurikulum Wakil Kepala Madrasah Aliyah se-Jawa Tengah (Kerjasama antara Pusat
Kajian Dinamika Agama, Budaya, dan Masyarakat Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dengan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, 2003),
hlm. 7.
[4]Omar
Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Guruan Islam, terj. Hasan
Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 619-620.
[5]Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa
Aktif, terj. Raisul Muttaqien (Bandung: Nusamedia bekerjasama dengan
Nuansa, 2006), hlm. 198.
[6] Hamruni, Strategi Pembelajaran. (Yogyakarta: Insan
Madani), 2012, hal. 179
[7] Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Hal. 46
[8]Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan
Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2011, Hal. 113